Pertarungan Gibran, Mahfud, dan Muhaimin

by -75 Views

Sebuah program bernama ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ dalam episode “Kualitas Cawapres di Mata Publik” menyatakan bahwa tingkat kedisukaan atau likeability Mahfud MD lebih tinggi dibandingkan Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar, terutama di kalangan generasi millenial dan generasi Z. Prof. Saiful Mujani menjelaskan bahwa belum ada calon wakil presiden yang mampu meningkatkan elektabilitas pasangannya. Sebagai contoh, elektabilitas Prabowo-Gibran ketika digabungkan tidak lebih baik daripada elektabilitas Prabowo secara individu. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin.

Prof. Saiful menyatakan bahwa agar calon wakil presiden dan calon presiden menjadi kompetitif, mereka harus memiliki tingkat kedikenalan yang tinggi. Menurut survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada bulan Oktober 2023, Prabowo sudah memiliki kadar kedikenalan sekitar 96 persen, Ganjar dan Anies sekitar 87 dan 88 persen. Sementara itu, para calon wakil presiden memiliki tingkat kedikenalan yang jauh lebih rendah. Pada survei tersebut, kadar kedikenalan Gibran sekitar 71 persen, Mahfud 62 persen, dan Muhaimin 50 persen.

Prof. Saiful menjelaskan bahwa para calon wakil presiden ini masih memiliki kadar kedikenalan yang rendah jika dibandingkan dengan calon presiden. Meskipun Gibran terlihat lebih dikenal dibandingkan Mahfud dan Muhaimin, namun kedikenalannya masih jauh di bawah Prabowo. Oleh karena itu, menurut Prof. Saiful, Gibran masih kalah popularitas dari Prabowo dari segi kedikenalan.

Tingkat kedikenalan tiga calon wakil presiden ini memang mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir. Gibran naik dari 61 menjadi 71 persen, Mahfud naik dari 53 menjadi 62 persen, dan Muhaimin naik dari 37 menjadi 50 persen. Namun, peningkatan ini masih belum mencapai angka popularitas para calon presiden. Prof. Saiful menyebut bahwa agar calon wakil presiden dapat bersaing, kadar kedikenalan minimal harus mencapai sekitar 90 persen.

Prof. Saiful juga menekankan bahwa tingkat kedikenalan saja tidak cukup, mereka juga harus memiliki tingkat kedisukaan yang baik. Jika hanya dikenal tapi tidak disukai, hal tersebut akan menjadi masalah. Hasil survei menunjukkan bahwa Gibran mendapatkan tingkat kedisukaan sebesar 76 persen dari kalangan millennial dan 79 persen dari generasi Z. Mahfud memiliki tingkat kedisukaan sebesar 82 persen dari kalangan millennial dan 83 persen dari generasi Z. Tingkat kedisukaan Muhaimin adalah 66 persen dari kalangan millennial dan 61 persen dari generasi Z.

Prof. Saiful menjelaskan bahwa berdasarkan analisis data survei tersebut, Mahfud memiliki kualitas popularitas yang paling baik, diikuti oleh Gibran, dan terakhir Muhaimin. Oleh karena itu, Mahfud seharusnya lebih kompetitif dibandingkan dengan calon wakil presiden lainnya, bahkan lebih baik dari calon presiden. Namun, masalahnya adalah tingkat kedikenalan Mahfud yang masih rendah. Jika tingkat kedikenalannya naik, maka besar kemungkinan akan meningkatkan suara.

Sementara itu, Muhaimin memiliki tingkat kedikenalan yang rendah dan tingkat kedisukaan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan calon wakil presiden lainnya. Hal ini menjelaskan mengapa pasangan Anies-Muhaimin memiliki suara yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran.

Terdapat pendapat bahwa Gibran akan memperkuat Prabowo karena merupakan representasi dari generasi yang lebih muda. Namun, Prof. Saiful mencatat bahwa kadar kedisukaan Gibran pada kalangan millennial dan generasi Z tidak lebih tinggi daripada Mahfud. Oleh karena itu, generasi tidak menjadi faktor yang penting dalam menjelaskan dukungan publik terhadap ketiga calon wakil presiden tersebut.

Prof. Saiful menjelaskan bahwa orang menyukai Mahfud bukan karena faktor usia, tetapi karena faktor lainnya. Demikian pula dengan Gibran, orang menyukainya bukan karena dia muda, tetapi mungkin karena faktor lainnya. Oleh karena itu, faktor generasi tidak penting untuk menjelaskan dukungan publik terhadap ketiga calon wakil presiden.

Dalam kes