Belum Tercapai Target, Produksi Minyak RI Menjadi Perhatian Serius

by -54 Views

Produksi minyak nasional hingga saat ini masih belum mengalami peningkatan yang positif. Meskipun pergantian tahun dari 2023 menuju 2024 semakin dekat. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi minyak rata-rata pada bulan Oktober baru mencapai 582,69 ribu barel per hari (bph). Padahal pemerintah menargetkan produksi lifting minyak dalam APBN 2023 sebesar 660 ribu bph.

Sementara itu, penyaluran gas pada bulan Oktober telah mencapai 6.684 juta standar kaki kubik gas per hari (mmscfd), melebihi target tahun ini sebesar 6.160 mmscfd.

Praktisi minyak dan gas bumi (migas), Hadi Ismoyo, mengatakan bahwa sangat sulit untuk merealisasikan target lifting minyak yang ditetapkan di dalam APBN 2023. Target produksi lifting minyak tahun ini berada di level 660 ribu bph. Menurut Hadi, produksi minyak nasional diproyeksikan akan berada di bawah 620 ribu bph pada akhir tahun 2023, dengan estimasi 609 ribu bph. Sedangkan untuk lifting minyak, diproyeksikan hanya mencapai 591 ribu bph.

Hadi mengungkapkan bahwa para kontraktor migas dan SKK Migas akan menghadapi tantangan yang semakin rumit di masa depan. Terutama jika tidak segera melakukan upaya untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi, menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), dan Existing Production with Low Decline Management secara masif.

Hadi menyarankan agar kegiatan eksplorasi di cekungan baru perlu digalakkan oleh SKK Migas dan para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Terdapat banyak potensi cekungan baru di Indonesia yang belum dieksplorasi, seperti yang ada di wilayah Indonesia Timur. Namun, peningkatan kegiatan eksplorasi juga harus didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpengalaman dan berjiwa eksplorasi.

Selain itu, diperlukan juga teknologi yang mampu mengolah big data dengan cepat. Penggunaan teknologi ini telah berhasil diterapkan oleh KKKS seperti ENI dalam operasinya di Indonesia.

Tidak kalah penting, diperlukan juga dana investasi (capital expenditure) dan biaya operasional (operational expenditure) yang cukup untuk melakukan kegiatan eksplorasi. Namun, wilayah ini masih kekurangan orang yang berjiwa eksplorasi sekaligus sebagai pengambil risiko yang terukur dan terkelola dengan baik.