Serangan Israel ke Jalur Gaza dan Tepi Barat (West Bank) semakin intensif saat memasuki hari ke-28. Konflik antara Israel dan Hamas dari Palestina juga telah menyebar ke negara-negara sekitar. Jumlah korban tewas di kalangan warga Palestina akibat serangan Israel di Gaza telah mencapai lebih dari 9.000 orang, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan. Sementara itu, 135 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat sejak 7 Oktober. Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel juga merusak empat penampungan pengungsi di Gaza. Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa hampir 50 gedung dan aset UNRWA terkena dampak serangan. Meskipun 102 truk bantuan masuk ke Gaza, namun belum ada bahan bakar yang datang. Situasi di wilayah pendudukan Palestina juga mengalami dehumanisasi yang didorong oleh para pemimpin politik dan militer Israel. Protes menuntut gencatan senjata di Gaza juga terjadi di Amerika Serikat, dimana aktivis menutup jalan raya dan melakukan aksi duduk di beberapa tempat. Keputusan DPR AS untuk memberikan bantuan sebesar $14 miliar kepada Israel juga menuai kecaman dari Amnesty International. Hizbullah yang berbasis di Lebanon juga ikut menyebabkan kerusakan di Israel dengan menyerang posisi militer. Tentara Israel mengklaim telah mengepung Gaza setelah memperluas operasi darat. Situasi makin mencekam dengan suara ambulans yang terdengar di Gaza dan terus adanya pemboman wilayah tersebut. Pakar PBB mengatakan sulit untuk mencegah genosida dan bencana kemanusiaan di Gaza dan mengecam Israel karena menolak menghentikan rencana untuk memusnahkan wilayah Palestina yang dibombardir.