51 Orang Tewas Setelah Serangan Militer Israel di Kamp Pengungsi Gaza

by -194 Views

Militer Israel telah menyerang Kamp Pengungsi Maghazi di Gaza pada Sabtu (4/11/2023), yang mengakibatkan 51 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Serangan ini terjadi meskipun banyak seruan gencatan senjata yang berasal dari negara Arab dan ditolak oleh Amerika Serikat dan Israel. Jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat, dan demonstran pro Palestina di seluruh dunia telah melancarkan protes untuk menyerukan agar perang segera berakhir. WAFA melaporkan bahwa kamp pengungsi Maghazi di Gaza menjadi target serangan bom Israel pada Sabtu malam. Meskipun Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan dari WAFA, militer Israel belum memberikan tanggapan terkait permintaan komentar tersebut. Meskipun demikian, mereka menjelaskan bahwa target mereka adalah Hamas, bukan warga sipil. Juru Bicara Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas, Ashraf al Qidra, mengatakan bahwa banyak orang telah tewas dalam serangan tersebut tanpa menyebutkan jumlah yang pasti dan banyak orang yang terluka parah. Pejabat Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa lebih dari 9.488 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober lalu, ketika pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel Selatan, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang. Para Menteri Luar Negeri dari Qatar, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Amman dan mendorong AS untuk membujuk Israel untuk segera menyetujui gencatan senjata. Namun, AS menolak gagasan tersebut dengan alasan bahwa gencatan senjata hanya akan menguntungkan Hamas. AS mengusulkan jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan penduduk bisa meninggalkan Gaza. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menolak usulan tersebut sejak bertemu dengan Blinken di Turki, Tel Aviv. Serangan Israel terhadap Gaza telah dilakukan dari udara dan melalui serangan darat, sehingga memunculkan kekhawatiran global terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.