Bantuan Sosial Jokowi Kurang Berdaya! Bantuan Langsung Tunai Tidak Mencukupi Rp 400.000

by -100 Views

Pemberian bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 200.000 yang diberikan dua kali pada November dan Desember kepada warga miskin dianggap tidak cukup kuat menopang daya beli masyarakat yang tengah turun. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan masyarakat miskin setidaknya harus diberikan BLT sebanyak Rp 1,5 juta. Menurutnya, bantuan sebesar Rp 400 ribu hanya bisa untuk mengantisipasi inflasi.

Tauhid memperkirakan setiap keluarga setidaknya membeli 30 sampai 40 kilogram beras setiap bulannya. Dengan kenaikan harga beras yang terjadi beberapa bulan ini, setidaknya masyarakat harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 500 ribu untuk membeli bahan pokok itu. Pengeluaran itu harus ditambah dengan kebutuhan lainnya seperti mengontrak rumah yang harga sewanya juga naik.

Pemerintah Jokowi sebelumnya menyatakan akan memberikan bantuan sebesar Rp 400 ribu untuk 18,8 juta keluarga ekonomi lemah pada bulan November dan Desember 2023 untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah dampak kemarau panjang yang menyebabkan harga pangan meroket.

Sebelum bantuan tunai itu mendarat di rekening penerima pada November ini, dampak inflasi terhadap penurunan daya beli masyarakat sudah nampak dalam rilis Badan Pusat Statistik untuk kuartal III 2023. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ini hanya 4,94%. Penurunan daya beli masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab pertumbuhan itu meleset dari target pemerintah di atas 5%.

Tauhid memperkirakan jumlah BLT yang seharusnya diberikan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan daya beli masyarakat ini adalah sebesar Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta. Menurutnya, jumlah bantuan itu bukannya tidak mungkin apabila pemerintah memutakhirkan data penerima BLT hanya kepada mereka yang paling membutuhkan, yakni kelompok penduduk paling miskin.

Sayangnya, kata Tauhid, BLT yang diberikan pemerintah tersebut masih menyasar kepada masyarakat yang sebenarnya tergolong mampu. Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen F. Rezki sependapat dengan Tauhid. Dia mengatakan kelompok masyarakat miskin perlu dibantu untuk memastikan daya beli tetap terjaga.