Peringatan Hizbullah, Konflik Israel-Gaza Berpotensi Menjadi Perang Regional

by -70 Views

Pemimpin tertinggi kedua Hizbullah memberikan peringatan terbaru. Milisi kuat yang didukung Iran di Lebanon mengatakan bahwa pembunuhan Israel terhadap warga sipil di Gaza berisiko memicu perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Dalam wawancara dengan BBC International, Sheikh Naim Qassem mengatakan bahwa perkembangan yang terjadi saat ini sangat serius dan berbahaya. Menurutnya, tidak ada yang bisa menghentikan dampaknya ke depan.

“Dia menegaskan eskalasi apa pun akan terkait dengan tindakan Israel. Setiap kemungkinan, ujarnya, pasti ada responsnya,” tegasnya.

Hizbullah sendiri adalah kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon. Namun, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Liga Arab menggolongkannya sebagai organisasi teroris.

Sejauh ini, Hizbullah menanggapi perang di Gaza dengan peringatan peringatan. Kelompok ini disebut berhati-hati mengkalibrasi tindakan mereka.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, mengancam bahwa setiap kematian warga sipil di Lebanon akan mengakibatkan kematian lain di seberang perbatasan. Namun dia tidak mengancam Israel dengan “perang habis-habisan”.

Dalam wawancara tersebut, Sheikh Naim Qassem juga menegaskan bahwa masalah Israel dan Palestina bukan hanya terjadi pada 7 Oktober. Ia menyebut serangan tersebut sebagai respons yang tidak dapat dihindari terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina selama puluhan tahun.

Sebelumnya di tahun 1948, PBB membuat resolusi 181. Organisasi global itu kemudian mengadopsi membagi Palestina menjadi dua negara dan satu wilayah internasional, negara Palestina, Israel, dan wilayah Yerussalem. Namun hal ini tak kunjung terealisasi. Perang bahkan makin menjadi di antara dua wilayah.

Selat Hormuz adalah titik transit minyak terpenting di dunia, tempat sekitar seperlima produksi minyak global mengalir setiap harinya. Kekhawatiran paling utama adalah pembalasan Israel terhadap Iran, yang menjadi sumber dana dan senjata proksi-proksi. Menurut prediksi Bank of America baru-baru ini, Iran bisa saja menutup selat tersebut, sehingga mendorong harga minyak hingga di atas U$250 per barel.