Iran merupakan salah satu negara yang ditakuti oleh Israel karena sering menjadi sorotan dari Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant. Salah satu alasan yang menjadi penyebabnya adalah ambisi Iran dalam mengembangkan nuklir dan hubungannya yang dekat dengan Hamas dan Hizbullah, kedua milisi penyerang utama Israel.
Iran telah memberikan reaksi yang keras terhadap serangan Israel yang terus-menerus terjadi di Jalur Gaza. Bahkan, pemerintah Iran tidak ragu untuk mengungkapkan kemungkinan adanya “tindakan pencegahan” terhadap aksi militer dan pemboman Israel di Gaza dalam waktu dekat.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menganggap bahwa Israel telah “melampaui garis merah” di Gaza. Ia juga menyebut bahwa situasi yang ditimbulkan oleh Israel tersebut kemungkinan akan memaksa semua orang untuk mengambil tindakan.
Saat ini, kampanye militer Israel yang gencar di Gaza telah menimbulkan kekhawatiran akan adanya lebih banyak front yang terbuka. Iran bersekutu dengan Hamas dan Hizbullah dari Lebanon, yang terlibat dalam baku tembak dengan Israel. Bahkan, Israel dilaporkan berada di ambang perang besar dengan Hizbullah seiring dengan memanasnya perang melawan Hamas yang telah menghancurkan sebagian wilayah Gaza.
Sejak didirikan tahun 1979, Republik Islam Iran telah mendukung kelompok Palestina dalam perjuangan mereka melawan pasukan Israel. Pengaruh Teheran dalam konflik Palestina-Israel semakin meningkat secara signifikan, terutama dengan munculnya Hizbullah di Lebanon dan Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jalur Gaza.
Hubungan Iran, Israel, dan Palestina telah mengalami fluktuasi yang dramatis selama 75 tahun terakhir. Sebelum revolusi tahun 1979, Iran mendukung pemukim di wilayah pendudukan Palestina. Namun, setelah revolusi, Iran menjadi musuh bebuyutan Israel.
Kerjasama ekonomi, politik, dan militer antara Iran dan Israel berkembang seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab pada tahun 1960-an dan 1970-an. Namun, hubungan tersebut berubah pasca-revolusi tahun 1979.
Ayatollah Khomeini, tokoh politik Iran, juga mengkritik Israel. Ia mengeluarkan fatwa yang menyatakan kepada para pengikutnya bahwa menjalin hubungan politik dan ekonomi dengan Israel serta mengonsumsi produk-produk Israel dianggap “haram”.
Kini, Iran dan Israel menjadi musuh bebuyutan dengan situasi yang semakin memanas di Timur Tengah. Semua pihak diharapkan dapat menemukan solusi damai untuk konflik yang terjadi.