Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Israel memanas. Ini sebagai buntut dari perang antara Israel dan milisi Gaza, Hamas, yang akhirnya juga memicu hubungan antara pemukim ilegal Yahudi di Tepi Barat dan warga Palestina.
Pada Selasa (5/12/2023), Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken mengatakan pihaknya akan memberlakukan pembatasan visa terhadap pemukim Israel yang terlibat dalam merusak perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat yang diduduki.
“Saat ini, Departemen Luar Negeri sedang menerapkan kebijakan pembatasan visa baru yang menargetkan individu yang diyakini terlibat dalam merusak perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat, termasuk melakukan tindakan kekerasan atau mengambil tindakan lain yang terlalu membatasi akses warga sipil terhadap kebutuhan penting. layanan dan kebutuhan dasar,” kata Blinken dikutip Al Jazeera.
Presiden Joe Biden dan pejabat senior AS lainnya telah berulang kali memperingatkan bahwa Tel Aviv harus bertindak untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, yang meningkat sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
“Kami telah menggarisbawahi kepada pemerintah Israel perlunya berbuat lebih banyak untuk meminta pertanggungjawaban para pemukim ekstremis yang telah melakukan serangan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.”
Blinken tidak mengumumkan larangan visa individu, namun juru bicara departemen tersebut Matthew Miller mengatakan larangan tersebut akan diterapkan mulai Selasa dan akan mencakup “lusinan” pemukim dan keluarga mereka. Ia menyebutkan juga masih banyak lagi pemukim yang akan dijatuhi larangan ini.
Kekerasan pemukim Israel telah lama menargetkan komunitas Palestina di Tepi Barat, dan serangan tersebut telah meningkat selama setahun terakhir, karena pemerintah sayap kanan Israel, yang juga mencakup pemukim ultranasionalis, memberikan sinyal dukungan.
Serangan pemukim makin meningkat di tengah berlanjutnya perang di Gaza antara Israel dan kelompok bersenjata Hamas, yang melancarkan serangan mematikan di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 lainnya.
Setelah serangan itu, Israel melancarkan serangan dahsyat di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 16.200 orang dan membuat lebih dari 1,5 juta orang lainnya mengungsi, menurut para pejabat Palestina.
Sejak serangan tanggal 7 Oktober, pemukim Israel telah membunuh sedikitnya sembilan warga Palestina di Tepi Barat, tiga kali lebih banyak dibandingkan tahun 2022, dan serangan terhadap desa-desa dan petani Palestina telah menjadi hal biasa.
Warga Palestina menggambarkan kekerasan pemukim sebagai salah satu bagian dari upaya Israel yang lebih besar untuk mengusir mereka dari tanah mereka.