Peternak Ayam Merasa Terbebani dengan Penurunan Harga dan Kerugian yang Meningkat

by -818 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) mengeluh kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena harga sarana pokok produksi yang tinggi tidak sesuai dengan harga jual ayam hidupnya. Ketua KPUN Alvino Antonio menyampaikan bahwa pihaknya ingin agar pemerintah menaikkan harga ayam hidup di kandang sesuai dengan harga acuan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 Tahun 2022 sebesar Rp21.000-Rp23.000 per kg.
Sementara, ungkapnya, harga ayam hidup saat ini di kandang mengalami penurunan drastis hingga berada di angka Rp14.000 per kg.
“Harga di kandang sejak bulan November 2023 di kisaran Rp16.000 sampai Rp17.500 per kg. Kemarin Rabu (3/1/2024) harga turun lagi, sudah di Rp14.000 per kg,” ungkap Alvino saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Kamis (4/1/2024).
Adapun alasan anjloknya harga jual ayam hidup di kandang, kata Alvino, terjadi sejak perusahaan integrator ikut melakukan budi daya dan menjual hasil panennya masuk ke pasar tradisional, sehingga menyebabkan harga ayam hidup di kandang para peternak rakyat dan peternak mandiri menjadi murah.
“Sejak integrator ikut budi daya dan menjual panennya masuk ke pasar becek harga ayam hidup di kandang murah. Waktu zaman Presidennya Pak Soeharto budi daya dilakukan oleh peternak rakyat, perusahaan integrator tidak boleh budidaya mereka hanya boleh menjual sarana produksi ternak seperti bibit ayam, pakan ternak dan obat-obatan,” ujarnya.
“Peternak rakyat beli bibit ayam, pakan ternak dan obat-obatan ke integrator sudah pasti mereka sudah mengambil keuntungan dari situ, lalu integrator berbudidaya yang sama dengan peternak sudah pasti ada perbedaan biaya produksi ternak,” imbuh Alvino.
Selain itu, Alvino mengatakan, penyebab yang diduga mengakibatkan kerugian peternak rakyat dan peternak mandiri di Indonesia adalah kebijakan pemerintah mengenai pengaturan dan pengendalian produksi ayam hidup. Kebijakan ini, katanya, telah mengakibatkan kerugian yang mencapai Rp3,2 triliun dalam setahun, lantaran harga ayam anjlok.

Kerugian yang dialami peternak rakyat dan peternak mandiri dalam setahun terakhir sekitar Rp3.000 per kilogram, dengan total produksi ayam peternak mandiri sekitar 20% dari total produksi nasional ayam hidup yang sebesar rata-ratanya 65 juta ekor.
Adapun besaran kerugian itu berasal dari perhitungan total volume produksi setahun sebanyak 65 juta ekor dengan asumsi produksi peternak mandiri mencapai 20% atau sebanyak 13 juta ekor. Dari jumlah itu, rata-rata bobot ayam mencapai 1,6 kg, sehingga total mencapai 20.800 ton.
“Alhasil, kerugian harian para peternak mandiri mencapai Rp62 miliar per pekan. Secara total, kerugian setahun bisa menembus Rp3,2 triliun,” ungkapnya.
Alvino menilai kebijakan dan praktik bisnis yang berjalan saat ini malah mendorong keterpurukan yang dialami peternak rakyat dan peternak mandiri.
“Peternak rakyat dan peternak mandiri yang seharusnya dapat didorong untuk naik kelas menjadi Usaha Kecil Menengah atau bahkan mengarah pada industri menengah pada kenyataannya tetap berada pada stagnasi dan tertinggal,” kata dia.
Dia membeberkan, situasi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa setiap harinya peternak rakyat dan peternak mandiri terus menerus berada dalam tekanan dan terancam punah dari industri peternakan Indonesia. Kebijakan yang tidak berpihak, harga bibit dan bahan pakan yang tinggi, harga jual yang rendah, serta adanya “oversupply” ayam hidup ditingkat konsumen berdampak pada penghasilan, keberadaan, dan kehidupan peternak rakyat dan peternak mandiri.