Tahun 2023 Menjadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Bumi
Jakarta, CNBC Indonesia – Tahun 2023 menjadi tahun terpanas di bumi yang pernah tercatat. Di mana peningkatan suhu permukaan bumi hampir melewati ambang batas kritis 1,5 derajat Celsius.
Hal ini terungkap dalam laporan Copernicus Climate Change Service (C3S), sebuah lembaga pemantau iklim Uni Eropa (UE). Perubahan iklim memperparah gelombang panas, kekeringan dan kebakaran hutan di seluruh dunia, dan mendorong suhu global 1,48 C di atas standar pra-industri.
“Ini juga merupakan tahun pertama di mana suhu hari lebih hangat satu derajat dibandingkan periode pra-industri,” kata Wakil Kepala C3S, Samantha Burgess, dikutip AFP, Selasa (9/1/2024).
“Suhu pada tahun 2023 kemungkinan besar melebihi suhu pada periode mana pun setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir,” tegasnya.
Dengan ini, diyakini dampak iklim akan semakin parah dan menjadi bencana besar. Ini menjadi lampu merah baru mengingat prediksi beberapa ilmuwan, yang mengatakan suhu rata-rata permukaan bumi bakal melampaui 1,5 C pada tahun 2024.
“Peristiwa seperti ini akan terus bertambah buruk sampai kita beralih dari bahan bakar fosil dan mencapai emisi nol,” kata profesor perubahan iklim di Universitas Reading, Ed Hawkins, merujuk ke kebakaran hutan besar di Amerika, kekeringan ekstrem di Afrika atau Timur Tengah, gelombang panas musim panas di Eropa, Amerika Serikat, dan China, serta rekor suhu hangat di musim dingin yang mencapai rekor di Australia dan Amerika Selatan.
“Kita akan terus menderita akibat kelambanan kita saat ini dari generasi ke generasi,” tambahnya.
Temuan Copernicus ini muncul satu bulan setelah kesepakatan iklim dicapai pada COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), di mana seruan terhadap transisi bertahap dari bahan bakar fosil, penyebab utama pemanasan iklim, makin kencang. Copernicus sendiri meramalkan pada bulan Januari atau Februari 2024 suhu memang akan tembus melebihi 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.