Brigadir Jenderal TNI Anumerta Slamet Riyadi

by -42 Views

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Slamet Riyadi: Pemimpin yang Selalu Ada di Garis Depan

Dalam usia yang sangat muda, Ignatius Slamet Riyadi yang lahir pada 26 Juli 1927, membentuk pasukan gerilya untuk mendukung proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bahkan dia telah berjuang sejak zaman penjajahan Jepang. Pada awal pendudukan Jepang, Slamet Riyadi yang berasal dari Solo ini masuk Akademi Kelautan milik Pemerintah Militer Jepang di Jakarta.

Dalam sebuah kesempatan dia bersua dengan para pejuang yang bergerak secara sembunyi-sembunyi dengan harapan bisa mengusir Jepang pada suatu saat nanti. Karena itu, ketika Jepang pada akhirnya kalah dalam Perang Dunia II, Slamet Riyadi mengajak rekan-rekannya sesama pelaut untuk angkat senjata. Bahkan mereka berhasil membawa kabur kapal milik Jepang.

Setelah itu, Slamet Riyadi kembali ke Solo dan menghimpun para pemuda eks PETA, Heiho, Kaigun untuk membantu perjuangan rakyat Solo melawan pasukan Belanda yang berupaya kembali menjajah Indonesia.

Dalam perjuangannya, Slamet Riyadi langsung terlibat dalam berbagai aksi peperangan melawan Belanda termasuk saat Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II. Slamet Riyadi memimpin pasukan di beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk di Ambarawa dan Semarang.

Dalam pertempuran-pertempuran, Slamet Riyadi selalu berada di depan pasukannya. Dia memimpin Serangan Umum Surakarta pada tanggal 7-10 Agustus 1949 sebelum diberlakukannya gencatan senjata untuk menunjukkan kekuatan militer TNI dalam mengusir Belanda dari Tanah Air.

Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada akhir Desember 1949, Slamet Riyadi dikirim ke Ambon untuk menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada tanggal 10 Juli 1950. Dalam operasi penumpasan pemberontakan RMS, Slamet Riyadi dipercaya oleh pimpinan ABRI sebagai Panglima operasi.

Pada saat penyerbuan Benteng Victoria, Slamet Riyadi selalu berada di garis depan memimpin pasukannya. Walaupun usaha pertolongan telah diberikan, namun pada pukul 21.45 tanggal 4 November 1950, beliau gugur.

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Slamet Riyadi terbukti sebagai seorang pemimpin yang selalu tampil di depan dan berada bersama anak buahnya. Beliau selalu hadir pada tempat dan saat yang paling kritis, mengendalikan keadaan dari dekat serta memberikan teladan. Tidak gentar menghadapi risiko apa pun, yang ditunjukkan dengan pengorbanan jiwa dan raga demi kejayaan negara dan bangsa serta Angkatan Bersenjata Indonesia.

Source link