Bos Minyak Berteriak di Laut Merah yang Membara: Risiko yang Sangat Nyata

by -42 Views

CEO Chevron, Michael Wirth membuka suara terkait dengan krisis di Laut Merah yang mengancam aliran minyak. Wirth mengatakan bahwa situasi ini sangat serius dan semakin buruk, dan dapat mengakibatkan perubahan harga yang cepat jika pasokan minyak dari Timur Tengah terganggu.

Perusahaan minyak utama Inggris, Shell juga telah menangguhkan pengiriman melalui Laut Merah, dan beberapa perusahaan tanker besar telah menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah. Hal ini terjadi setelah serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang berbasis di Yaman terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki pengaruh di Iran perlu mengambil sikap yang lebih kuat untuk menolak aksi Houthi. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap pasokan energi jika ketegangan di Timur Tengah berubah menjadi konflik regional.

Kpler mencatat bahwa sekitar 7 juta barel minyak mentah transit di Laut Merah setiap hari, sedangkan di Selat Hormuz terdapat 18 juta barel minyak dan gas yang transit. Goldman Sachs juga memperingatkan bahwa gangguan yang berkepanjangan di Selat Hormuz dapat melipatgandakan harga minyak.

Krisis ini tentu saja memiliki dampak serius terhadap pasokan energi global dan perlu diawasi dengan hati-hati. Semua pihak perlu bekerjasama untuk mengatasi gangguan ini dan mencegah konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.