Ditulis oleh Jenderal Jacob Even dan Simcha B. Maoz [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Bab III: Catatan Utama Buku-Buku Strategi Militer]
“Sun Tzu said, ‘know your enemy and know yourself, and you will never be defeated in war.’ Therefore, I believe that every competent military leader must study the experiences and capabilities of every army in the world. The experience of the Israeli army facing a surprise attack from the combined forces of Syria and Egypt in the Yom Kippur war is an example that, in my opinion, needs to be studied.”
Jika umat Islam di Indonesia memiliki Hari Raya Idul Fitri sebagai hari keagamaan terpenting, umat Yahudi di Israel memiliki Hari Raya Yom Kippur. Seperti halnya kita merayakan Idul Fitri, warga Yahudi di Israel juga punya kebiasaan “mudik” untuk merayakan Yom Kippur bersama keluarga. Kebijakan cuti mudik juga diberikan oleh tentara Israel (IDF) oleh Pemerintah Israel.
Untuk merebut kendali total atas terusan Suez, pasukan gabungan Syria dan Mesir melancarkan serangan dadakan untuk mengambil alih posisi pasukan Israel di sepanjang tepi timur terusan Suez pada H-1 Yom Kippur.
Dalam buku yang ditulis oleh Jenderal Jacob Even dan Sumcha Maoz, dua orang perwira yang terlibat perang ini di bawah pimpinan Mayor Jenderal Ariel Sharon, kita bisa membaca kelengahan IDF menjelang Yom Kippur. Pimpinan IDF juga berulang kali menolak mempercayai laporan intelijen Israel Mossad yang menyadap komunikasi radio pasukan Syria dan Mesir. Pimpinan IDF berseloroh Tuhan akan melindungi Israel saat Yom Kippur.
Kegagalan pimpinan IDF untuk menanggapi serius laporan Mossad adalah bukti bahwa “hope is not a good strategy“. Harapan bukanlah strategi yang baik. Alhasil, pasukan Syria dan Mesir berhasil memukul mundur posisi-posisi Israel dan mengambil alih penguasaan strategis terusan Suez dan semenanjung Sinai dalam hitungan jam.
Selain kegagalan IDF, di buku ini juga kita dapat belajar keberhasilan IDF terutama Jenderal Ariel Sharon dalam mengatur serangan balik IDF, mengerahkan komponen cadangan Israel, dan memutus rantai logistik yang mendukung operasi militer Syria dan Mesir sehingga IDF dapat mengatasi serangan ini.