Media Internasional Kembali Memperhatikan Pemilihan Umum di Indonesia, Fokus pada Prabowo

by -86 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Perkembangan politik di Tanah Air semakin ramai terdengar. Berita politik tidak hanya ramai di media nasional, tetapi juga media asing. Kali ini yang sedang dibahas adalah masa lalu calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto.

Pemaparan mengenai masa lalu Prabowo muncul dalam media The Economist melalui artikel berjudul ‘The favourite in Indonesia’s presidential election has a sordid past’. Artikel tersebut diterbitkan pada 11 Januari lalu.

Dalam artikel tersebut, media asal Inggris ini dengan terang-terangan membandingkan masa lalu ketiga capres dan menekankan bahwa Prabowo memiliki masa lalu yang cukup buruk. Mereka bahkan membandingkan Prabowo dengan Benito Mussolini, seorang diktator Italia.

“Yang lebih meresahkan lagi adalah catatan pra-reformasi yang dimiliki oleh Prabowo. Ia mempunyai hubungan erat dengan rezim Suharto yang telah didiskreditkan; dia pernah menikah dengan putri diktator,” demikian laporan The Economist, dikutip Sabtu (20/1/2024).

The Economist menyatakan bahwa Prabowo adalah seorang perwira dan kemudian menjadi komandan Kopassus, pasukan khusus yang ditakuti oleh tentara. Ia kemudian dikaitkan dengan pelanggaran yang dilakukan di Timor Timur, seperti yang dijelaskan secara rinci oleh Pat Walsh dari Inside Indonesia, sebuah publikasi online Australia.

“Negara bekas jajahan Portugis ini, yang diinvasi oleh Indonesia pada tahun 1975, mengupayakan dan meraih kemerdekaan sebagai Timor-Leste pada tahun 2002,” kata laporan tersebut.

“Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menemukan bahwa angkatan bersenjata Indonesia, dan khususnya Kopassus, bertanggung jawab melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama pendudukan. Pasukan di bawah komando Prabowo melakukan pembantaian. Prabowo juga bertanggung jawab untuk melatih proxy lokal yang kejam dan melakukan banyak pekerjaan kotor tentara. Mantan jenderal itu membantah melakukan kesalahan,” jelas media tersebut.

Media tersebut kemudian menyoroti keterlibatan Prabowo dalam melawan protes yang menggulingkan Suharto pada tahun 1998. Dia mengorganisir penculikan 23 aktivis demokrasi, 13 di antaranya masih hilang hingga kini.

Dewan militer memutuskan Prabowo bersalah atas penculikan tersebut dan memecatnya dengan tidak hormat. Dia bahkan sudah lama dilarang memasuki Amerika tetapi Presiden Donald Trump mencabut larangan tersebut pada tahun 2020.

“Dikenal memiliki temperamen yang meledak-ledak, Prabowo telah mengalami perubahan. Setelan safari bergaya diktatornya sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan pakaian bisnis. Didukung oleh kampanye media sosial yang cerdik, ia ingin para pemilih mengenalnya sebagai sosok yang menggemaskan. Favorit dalam pemilihan presiden Indonesia memiliki masa lalu yang buruk dalam kampanye media sosial yang cerdik, ia ingin para pemilih mengenalnya sebagai seorang kakek yang menggemaskan,” jelas laporan itu.

“(Akibatnya) Pemilih muda hanya tahu sedikit tentang masa lalu kelamnya; pers dan televisi Indonesia jarang menyebutkannya,” tambahnya.

Jika Prabowo memenangkan lebih dari separuh suara pada 14 Februari, ia akan menjadi presiden. Jika tidak ada kandidat yang memperoleh 50% suara, maka pemilihan putaran kedua akan dilakukan pada Juni antara dua kandidat utama.