Begini Nasib Ekonomi Indonesia Jika Terjadi Perang antara Israel dan Iran

by -86 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Israel dan Iran berpotensi memberikan dampak negatif pada Indonesia, terutama dalam hal ekonomi jika situasi memburuk. Dampaknya mulai dari beban subsidi energi yang tinggi akibat potensi kenaikan harga minyak dunia dalam waktu yang akan datang.

“Ada kecenderungan kenaikan harga minyak, bahkan diprediksi bisa mencapai US$90 per barel. Namun, kita tidak bisa memprediksi sejauh mana eskalasi konflik tersebut akan berlangsung. Karena bisa saja konflik kembali meningkat dan hal ini akan berdampak pada kenaikan harga energi dan pangan,” kata Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef Eisha Maghfiruha dalam diskusi virtual, Sabtu (20/4/2024).

“Sebagai importir minyak bumi, kita sangat khawatir karena hal ini memberikan beban subsidi bagi pemerintah dan juga menjadi beban biaya bagi industri kita,” tegasnya.

Industri manufaktur yang masih bergantung pada impor bahan baku produksinya juga akan terkena dampak, baik dari kenaikan harga akibat penguatan dolar maupun dari gangguan pasokan akibat konflik antara Israel dan Iran di jalur perdagangan utama seperti Selat Hormuz.

Oleh karena itu, ketersediaan stok menjadi ancaman bagi industri di dalam negeri. Selain itu, dampak terhadap logistik dari rantai pasokan juga akan berdampak pada perekonomian domestik karena adanya gangguan pasokan.

“Logistik akan menjadi lebih lambat karena selain jalur perdagangan tertentu terganggu akibat konflik keamanan, juga terdapat gangguan pada rantai pasokan sehingga proses menjadi lebih lama dan biaya menjadi lebih tinggi, hal ini mempengaruhi industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku dan harga komoditas menjadi terhambat. Sebagai negara pengimpor minyak bumi dan bahan impor, ketergantungan pada impor bahan baku masih tinggi sehingga berdampak pada struktur biaya industri kita,” kata Eisha.

Meskipun demikian, ada dampak positif yang dapat muncul dari kenaikan harga minyak, yaitu mendorong percepatan transisi energi hijau.

“Beberapa komoditas cenderung naik dalam beberapa minggu ke depan. Jika harga minyak naik, hal ini juga mendorong percepatan dalam transisi ke energi terbarukan, karena kita tidak bisa terus bergantung pada batubara,” kata Eisha.

[Gambas:Video CNBC]

(Artikel ini disusun oleh Arrijal/hsy)