LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) JOHANNES SURYO PRABOWO

by -195 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Saya mengenal Suryo Prabowo semenjak saya masih seorang taruna. Dia lulusan Akademi Angkatan Bersenjata (AKABRI) ’76, sehingga dia dua tahun lebih muda dari saya. Dia merupakan penerima penghargaan Adhi Makayasa tahun 1976 yang diberikan kepada taruna dengan prestasi tertinggi oleh Akademi. Dia sangat cerdas. Dia juga militan dan patriotik. Hal tersebut wajar, mengingat ayahnya juga merupakan bagian dari Generasi ’45, seorang Kolonel di Angkatan Darat.

Sejak dia masih seorang letnan, kemudian kapten, dan kemudian mayor, saya melihat bahwa dia selalu berada di lapangan. Bahkan saat dia menjadi Brigadir Jenderal, sebagai Wakil Gubernur di Timor Timur (sekarang Timor Leste), sebagai Deputi Komandan Komando Resor Militer Timor Timur (KOREM), dia selalu berada di lapangan pada saat-saat kritis. Dia adalah perwira TNI berpangkat tinggi terakhir yang meninggalkan Timor Timur setelah referendum. Dia membawa bendera Indonesia terakhir yang diturunkan di bekas provinsi Indonesia.

Mungkin karena dia sangat cerdas, atasannya sering tidak terlalu menyukainya. Mungkin juga karena dia terlalu dinamis atau terlalu kreatif sehingga atasannya sering tidak benar-benar mengerti dia.

Karena kecerdasannya yang di atas rata-rata, dia sering dikritik oleh orang di sekitarnya yang menganggapnya sebagai ‘keminter’ (pintar semua) dan sok tahu – dia cenderung memberikan nasihat kepada orang lain yang didorong oleh keinginannya untuk memperbaiki organisasi Angkatan Bersenjata atau untuk memperbaiki situasi.

Suryo Prabowo adalah tipe pemimpin yang tegas; dia mengatakan apa yang ada di pikirannya, dia berani, dan dia, menurut pendapat saya, salah satu jenderal paling cerdas dari generasi kita. Karena ayahnya adalah bagian dari Generasi ’45 dan karena dia bersama dengan angkatan ’78 AKABRI, kita semua sangat terpengaruh oleh para jenderal dari Generasi ’45. Hal itu bisa dianggap sebagai generasi terbesar dalam sejarah Indonesia sampai saat ini. Mungkin itulah mengapa Suryo Prabowo dan saya bisa akrab. Kami memiliki cita-cita yang sama dan cinta terhadap negara kita seperti yang tertanam dalam diri kami oleh Generasi ’45.

Source link