LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

by -89 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh melampaui kekuatan kita dalam hal pasukan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pemimpin kita, jujur, patriotik, cerdas, rajin, dan tidak akan pernah tunduk kepada dominasi negara asing, kita berhasil mengatasi segala tantangan berkali-kali.

Salah satu cerita kepemimpinan paling cerdas dalam masa kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, ia berhasil memperdaya Belanda dua kali dengan ‘perang tiruan’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, secara berulang-ulang terbukti bahwa kunci kejayaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar suatu pepatah yang relevan bagi setiap prajurit di berbagai era: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya ada komandan buruk.’

Saya belajar pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh seekor harimau akan melolong, tetapi seribu harimau yang dipimpin oleh seekor kambing akan mengeluarkan suara mengaum.’

Salah satu cerita kepemimpinan paling cerdas dalam masa kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Ia juga tegar dan gigih menghadapi kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika ia pertama kali mengangkat senjata dan melawan Belanda pada awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Saat berusia 29 tahun, ia berpura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Ia disambut oleh Gubernur Van Teijn sendiri, yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati rakyat Aceh.

Teuku Umar membuktikan kemampuannya kepada Belanda dengan menghancurkan pos pertahanan Aceh. Sebagai hasilnya, ia diberi peran yang lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang admiral.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan kru ditawan oleh Raja Teunom, yang menuntut tebusan uang. Pemerintah Kolonial Belanda menugaskan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, ia menuntut agar diberi banyak peralatan dan senjata. Belanda menyetujui permintaannya.

Kemudian, Belanda tercengang oleh berita bahwa tentara mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semua tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar telah berbalik dan memihak kepada Aceh melawan Belanda, membuat Belanda terkejut.

Perang panjang antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk menyusun strategi baru, menggunakan trik lama yang ia kenal dengan baik. Sebagai seorang ahli tipu daya sejati, sepuluh tahun kemudian, ia menyerahkan diri kepada Belanda lagi. Ia melakukan ini dengan mengadakan ‘pertempuran tiruan’ dan mengirim pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal Tinggi-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang bisa Anda duga, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Ia membawa pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 dalam bentuk tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok ketika ia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan anak buahnya dikelilingi. Ia dan anak buahnya memilih untuk langsung menghadapi Belanda dan bertempur sampai akhir. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai seorang pahlawan.

Source link