Tensi di Timur Tengah Meningkat, Konflik Israel-Hizbullah Semakin Intensif

by -11 Views

Perang di Timur Tengah semakin memanas, terutama antara Israel dan Hizbullah, kelompok bersenjata di Lebanon.

Setelah gelombang ledakan ratusan pager pekan lalu diikuti oleh perangkat komunikasi lain yang mematikan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, serta serangan udara Israel ke 1.000 target Hizbullah, kemarin Hizbullah meluncurkan 100 roket yang berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menghantam Haifa.

Dalam pernyataan terbaru yang dikutip pada Senin (23/9/2024), Wakil Kepala Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan bahwa kelompoknya sedang menghadapi “perang terbuka” dengan Israel. Ia menegaskan bahwa ancaman tidak akan menghentikan Hizbullah dan mereka siap menghadapi segala kemungkinan militer.

Komentar ini merupakan yang pertama kali dari pejabat senior kelompok tersebut sejak serangan di pinggiran selatan Beirut yang menewaskan Ibrahim Aqil, kepala Pasukan Radwan elit Hizbullah. Serangan itu menyebabkan 16 anggota Hizbullah tewas dan 45 orang meninggal termasuk warga sipil.

Israel sendiri telah mengumumkan perluasan tujuan perang mereka, dengan Perdana Menteri Netanyahu berjanji untuk memulangkan penduduk Israel utara yang mengungsi akibat pertempuran dengan Hizbullah. Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, menyatakan bahwa pasukan Israel akan terus mengejar tujuan perang mereka dengan cara apapun.

Selain itu, kekhawatiran global pun meningkat atas eskalasi kekerasan ini. Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat berusaha untuk mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza sebagai langkah untuk meredakan ketegangan regional.

Uni Eropa juga menyatakan kekhawatiran serupa dan menyerukan gencatan senjata mendesak di tengah meningkatnya kekerasan. Mereka menekankan perlunya upaya mediasi diplomatik untuk menghindari perang besar-besaran yang dapat merugikan semua pihak.

Situasi di Timur Tengah semakin memanas dan diharapkan langkah-langkah diplomasi dapat membantu meredakan ketegangan tersebut.