Fear of Missing Out atau FOMO adalah perilaku merugikan yang mendorong seseorang untuk berbelanja berlebihan, bahkan dapat menyebabkan kelas menengah tergelincir ke dalam kemiskinan. Hal ini sering terjadi di Indonesia, seperti antrian panjang untuk membeli boneka Labubu dengan harga mencapai jutaan rupiah. Pelemahan daya beli kelas menengah menjadi perhatian serius karena dapat berdampak pada peningkatan kemiskinan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia, dengan proyeksi jumlahnya turun menjadi 17,44% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2024.
FOMO menjadi salah satu faktor penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia, yang kemudian mengalami penurunan kelas ke “calon kelas menengah” atau aspiring middle class. Sementara itu, kelompok rentan miskin terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan kelas menengah untuk menghabiskan uang untuk kebutuhan non-primer demi gaya hidup mereka. Selain itu, pengeluaran kelas menengah untuk hiburan dan pakaian juga mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir.
Faktor lain yang menyebabkan FOMO di masyarakat adalah media sosial, yang memberikan akses instan ke kehidupan orang lain dan menciptakan tekanan untuk selalu mengikuti tren terbaru. Obat mujarab untuk mengatasi FOMO adalah dengan membatasi penggunaan media sosial, menerima kenyataan bahwa tidak semua peluang perlu diambil, serta berani untuk menolak hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan hidup yang telah ditetapkan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengatasi dampak negatif dari FOMO dan mempertahankan stabilitas ekonomi serta kesejahteraan sosial.