Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik yang akan berlaku mulai 2 April 2025 dalam pidatonya di hadapan Sidang Gabungan Kongres AS. Trump menyoroti tarif otomotif India yang menurutnya merugikan Amerika dan menyatakan bahwa kebijakan proteksionis ini juga ditujukan kepada Uni Eropa, Brasil, India, dan Korea Selatan. Ia menegaskan bahwa kebijakan tarif ini akan membawa manfaat besar bagi Amerika Serikat dengan menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Tarif yang diterapkan oleh AS ini diharapkan dapat menjaga kepentingan nasional dan ekonomi negara dalam menghadapi persaingan global. Meskipun akan ada dampak jangka pendek berupa gangguan ekonomi dan potensi inflasi, Trump tetap mempertahankan kebijakan tarifnya. Sementara itu, perlunya kewaspadaan terhadap peningkatan harga barang konsumsi seperti buah, sayuran, dan material bangunan menjadi fokus perhatian dalam menghadapi kebijakan tarif yang diterapkan. Meskipun demikian, Trump juga mengindikasikan kemungkinan adanya kelonggaran tarif terhadap Kanada dan Meksiko dalam waktu dekat.
Perang dagang yang semakin meruncing mengundang berbagai tanggapan, termasuk kecaman dari pemimpin negara yang terkena dampaknya. Trudeau dari Kanada menuduh Trump berupaya menghancurkan ekonomi Kanada untuk keuntungan AS. Meskipun demikian, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, memberikan harapan mengenai kemungkinan penyesuaian kebijakan tarif yang lebih mendukung bagi Kanada dan Meksiko. Dengan demikian, kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump masih menjadi sorotan utama dalam situasi perdagangan global saat ini.