Program Just Energy Transition Partnership (JETP) tetap akan berlanjut meskipun Amerika Serikat memutuskan untuk keluar dari inisiatif pendanaan transisi energi tersebut. Hal ini karena Amerika Serikat telah memutuskan untuk tidak melibatkan diri dalam Perjanjian Iklim Paris, yang memungkinkan mereka untuk tidak terikat pada aturan terkait emisi dan penggunaan bahan bakar fosil.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa komitmen untuk melanjutkan program JETP ini cukup kuat, dengan target mendukung transisi energi Indonesia menuju net zero emission pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat. Indonesia telah menetapkan target finansial sebesar 31,89% secara finansial dan dukungan finansial sebesar 43% dari Internasional pada tahun 2030.
Hingga saat ini, JETP telah menerima dukungan pendanaan internasional sebesar US$1,1 miliar untuk 54 proyek, di mana 9 proyek mendapatkan pendanaan dalam bentuk pinjaman atau ekuitas, sementara 45 proyek lainnya menerima hibah senilai US$233 juta. Negara-negara maju yang merupakan bagian dari International Partners Group (IPG) juga telah mengamankan jaminan senilai US$1 miliar melalui Multilateral Development Banks (MDB) Guarantee untuk mempercepat pelaksanaan proyek-proyek transisi energi bersih.
Beberapa proyek yang telah disebutkan dalam pembicaraan termasuk program biotermal di Muara Labuh di Sumatera Barat yang diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2027. Sebagai informasi, kemitraan JETP melibatkan inisiatif pendanaan transisi energi senilai lebih dari US$20 miliar yang disepakati antara Indonesia dan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG).