Venezuela kembali tenggelam dalam krisis ekonomi yang sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan negara dari sektor minyak akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat sebagai respons terhadap keraguan atas keberlangsungan pemilihan umum oleh Presiden Nicolas Maduro. Keadaan semakin sulit karena pemerintah Venezuela kesulitan untuk menetapkan kebijakan yang responsif dalam menghadapi situasi ekonomi yang memburuk.
Meskipun sempat mengalami stabilitas ekonomi pasca pandemi, kondisi sangat cepat merosot dan Maduro akhirnya mengumumkan keadaan darurat ekonomi. Langkah-langkah penyelamatan ekonomi pun diambil, seperti penghapusan sementara pajak dan penentuan mekanisme pembelian produk dalam negeri guna mengurangi impor. Namun, para ekonom menilai bahwa situasi ekonomi ini sudah memburuk jauh sebelum langkah-langkah tersebut diumumkan.
Setelah adanya tanda-tanda kebangkitan ekonomi pasca pandemi Covid-19, Venezuela merasakan lonjakan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2022. Namun, hal ini hanya terjadi di ibu kota Caracas, sementara wilayah lain seperti Maracaibo masih tertinggal dengan banyak toko yang tutup. Perbedaan harga antara nilai tukar resmi dan pasar gelap juga membuat kondisi ekonomi semakin sulit dengan inflasi mencapai 180-200%. Daya beli masyarakat pun menurun drastis karena gaji yang tidak sebanding dengan inflasi.
Harapan untuk migrasi demi menyelamatkan ekonomi keluarga mulai memudar karena adanya pengetatan kebijakan imigrasi oleh Amerika Serikat. Hal ini membuat banyak warga Venezuela mengurungkan niat untuk migrasi. Kondisi ekonomi yang semakin suram juga memengaruhi sopir taksi seperti Jonatan Urdaneta yang dulunya mengantar migran ke perbatasan Kolombia namun kini harus menghadapi penurunan penumpang secara signifikan. Semoga situasi ekonomi Venezuela segera membaik dengan berbagai langkah yang diambil pemerintah untuk menyelamatkan ekonomi negara tersebut.