Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sedang mempertimbangkan untuk memecat Gubernur Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengungkapkan hal ini dalam sebuah wawancara dengan wartawan setelah Trump menuduh Powell bermain politik. Hassett menyatakan bahwa Presiden dan timnya terus mempelajari masalah tersebut.
Pemicuan Trump terjadi karena Powell tidak mengurangi suku bunga acuan Fed Fund Rate saat ekonomi AS sedang mengalami kesulitan. Meskipun Trump menyatakan memiliki kewenangan untuk memecat Powell dengan cepat, sebenarnya Presiden AS tidak memiliki wewenang langsung untuk melakukannya. Namun, Trump dapat memulai proses panjang untuk mencoba menggulingkan Powell dengan membuktikan adanya alasan yang kuat.
Powell sendiri telah menjelaskan bahwa keputusannya untuk menahan suku bunga acuan FFR saat ini di level 4,25%-4,5% karena kebijakan tarif dagang tinggi yang diterapkan oleh Trump berpotensi memicu inflasi tinggi namun juga mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, Trump tidak sepakat dengan kebijakan moneternya dan kerap mengkritik Powell.
Banyak pihak menilai rencana pemecatan Powell oleh Trump dapat menimbulkan masalah ekonomi tambahan yang berpotensi mengganggu pasar keuangan global. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, menyarankan bank sentral seperti Fed untuk tetap independen dan bebas dari campur tangan politik, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dengan melemahnya prospek global akibat perang tarif yang diprakarsai oleh Trump, bank sentral perlu mempertahankan kredibilitasnya. Pemecatan Powell oleh Trump dapat memicu tekanan pasar yang memperparah risiko ekonomi dalam jangka panjang. Krishna Guha, Wakil Ketua Firma Investasi Evercore ISI, memperingatkan bahwa ancaman terhadap independensi The Fed dapat memperburuk situasi ekonomi global dengan meningkatkan risiko stagflasi.