Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memulai kunjungan ke Timur Tengah dengan fokus pada isu-isu penting bersama para pemimpin Dunia Arab. Kunjungannya dimulai dari Riyadh, Arab Saudi, di mana dia berpartisipasi dalam forum investasi serta bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS), dan Presiden Suriah, Ahmed Al Sharaa. Selanjutnya, Trump melanjutkan perjalanan ke Doha, Qatar, untuk melakukan pembicaraan antara Washington dengan negara-negara Teluk.
Salah satu poin terbesar dari kunjungan ini adalah kesepakatan penjualan senjata dan pesawat terbang senilai hampir US$142 miliar antara Amerika Serikat dan Arab Saudi. Ini dianggap sebagai perjanjian pertahanan terbesar dalam sejarah AS. Selain itu, dalam pidatonya di Forum Investasi Saudi-AS, Trump menyatakan bahwa AS akan mencabut semua sanksi terhadap Suriah sebagai upaya mendukung negara tersebut dalam meraih kestabilan.
Trump juga mencanangkan rencana untuk mendorong normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab, meskipun prioritasnya saat ini belum jelas. Di samping itu, dia juga diharapkan akan mengumumkan pengakuan AS terhadap Negara Palestina selama kunjungannya ke Arab Saudi. Selain itu, Trump juga menyoroti isu Iran sebagai kekuatan merusak di Timur Tengah dan menegaskan bahwa AS tidak akan pernah mengizinkan Iran memiliki senjata nuklir.
Kunjungan Trump ke Timur Tengah ini mencakup sejumlah isu yang penting untuk kestabilan dan perdamaian di kawasan tersebut. Dengan fokus pada pembicaraan diplomatik, penjualan senjata, normalisasi hubungan, dan isu nuklir, kehadiran Trump memegang peranan penting dalam memperkuat kemitraan antar-negara dan menjaga keamanan di Timur Tengah. Selain itu, langkah-langkah yang diambil selama kunjungan ini dapat menjadi titik balik dalam dinamika politik regional yang kompleks.