Negosiasi FTA Resmi Dimulai antara RI-6 dan Negara Arab Kawasan Teluk pada Hari Ini

by -140 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Perjanjian Perdagangan Bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Negara Arab di Kawasan Teluk (Gulf Cooperation Council/ GCC) resmi diluncurkan hari ini, Rabu (31/7/2024). Dengan begitu, perundingan FTA Indonesia dengan Negara Arab di Kawasan Teluk resmi dimulai hari ini.

Ditandai dengan penandatanganan Joint Statement on The Launching of The Negotiation on The Free Trade Agreement between The Republic of Indonesia and The Gulf Cooperation Council oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) dan Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Kawasan Teluk, Gulf Cooperation Council (GCC) Jasem Mohamed AI Budaiwi di Auditorium Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat.

Zulhas menyebut negara-negara Arab di Kawasan Teluk merupakan mitra dagang yang sangat strategis bagi Indonesia. Pemerintah Indonesia, ujarnya, akan memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan ekspor produk lokal ke negara kawasan Teluk yang tergabung dalam GCC. Yaitu Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Oman.

“Saya bahagia sekali hari ini. Walaupun belum berhasil (menyelesaikan perjanjian) tapi kita sudah mulai (perundingan). Saya sekali lagi memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas kedatangan Yang Mulai Sekjen GCC,” kata Zulhas dalam sambutannya.

“Sungguh dari hati yang paling dalam secara tulus saya mengajak kita bersama-sama, ada Duta Besar (Negara GCC), ada Yang Mulia (Sekjen GCC) untuk segera menyelesaikan salah satu yang bisa memperbesar perdagangan kita dalam perjanjian ini,” sambungnya.

Ia menyampaikan, selama ini Indonesia dengan negara-negara kawasan Teluk sudah memiliki hubungan sejarah yang panjang, namun hubungan kerja sama-nya masih sangat sedikit. Menurutnya, kesepakatan Indonesia dengan GCC ini merupakan langkah baru bagi kedua belah pihak untuk semakin mempererat hubungan antar negara.

“Kita mempunyai hubungan sejarah yang panjang, tetapi hubungan dagangannya sedikit. Saya selama dua tahun menjadi Menteri Perdagangan sudah 5-6 kali ke Arab Saudi, 5 kali ke UEA, 2 kali ke Qatar, Oman sama Bahrain belum, Kuwait belum. Tetapi saya ingin sekali kita memperkuat dan memperbesar hubungan perdagangan kita,” ucapnya.

Ia berharap, kerja sama ini nantinya dapat memberikan dampak yang baik bagi kedua belah pihak, sebab baik Indonesia maupun GCC memiliki perekonomian yang sangat besar.

Sementara itu, Jasem Mohamed Al Budaiwi mengatakan, kesepakatan ini akan membahas hal-hal penting bersama, diantaranya perdagangan barang, perdagangan jasa, kepabeanan, dan ekonomi Islam.

“Kami ingin menggariskan pada poin ini, karena kesepakatan ini menitikberatkan pada ekonomi Islam. Di sana ada investasi, perdagangan, UMKM, perdagangan tambang, penghambatan dagang, kerja sama di bidang ekonomi, hak cipta, dan juga sanitasi. Kami yakin dengan beberapa poin ini akan membawa manfaat bagi kedua negara, khususnya negara-negara Teluk,” ujar Jasem dalam kesempatan yang sama.

Jasem mengatakan, dirinya bersama Zulhas telah sepakat bahwa angka bukan tujuan dari perjanjian perdagangan ini. Sementara itu, ia menyebut hubungan dagang antara negara kawasan Teluk dan Indonesia saat ini telah mencapai US$16 miliar.

“Angka ini akan terus kita tingkatkan, dan kami yakin setelah penandatanganan kesepakatan ini akan meningkat dari angka saat ini,” pungkasnya.

Sebagai catatan, pada periode Januari-Mei 2024 total perdagangan antara Indonesia dan GCC sudah mencapai US$6,2 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke GCC tercatat sebesar US$2,7 miliar, sementara impor Indonesia dari GCC mencapai US$3,5 miliar.

Sedangkan pada 2023, total perdagangan Indonesia-GCC mencapai US$15,7 miliar. Dari jumlah itu nilai ekspor Indonesia tercatat mencapai US$6,1 miliar di mana komoditas ekspor utama Indonesia di antaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas, dan kertas karton tidak dilapisi.

Sedangkan impor Indonesia tercatat sebesar US$9,6 miliar dengan komoditas impor utama non-migas yang di antaranya produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.

(dce)