Harga CPO Berpotensi Mencapai US$ 1.000, Diyakini oleh Pengusaha Sawit

by -57 Views

Pengusaha kelapa sawit di dalam negeri yakin bahwa harga minyak sawit mentah (CPO) akan naik di atas US$ 1.000 per metrik ton pada tahun depan. Namun, kenaikan ini harus diimbangi dengan penurunan pasokan minyak nabati lainnya.

Pemerintah telah menaikkan harga referensi untuk penetapan bea keluar dan tarif pungutan BPDPKS atas ekspor CPO untuk 2 pekan ke depan, 1-15 November 2023. Harga telah dinaikkan menjadi US$ 748,93 per metrik ton, naik dari harga referensi sebelumnya sebesar US$ 740,67 per metrik ton pada 16-31 Oktober 2023.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, menyatakan bahwa pergerakan harga tahun depan dipengaruhi oleh produksi sawit tahun ini yang menurun akibat dampak El Nino. Dengan produksi yang rendah, persediaan akan berkurang dan harga akan naik.

Eddy menyebut bahwa penurunan produksi sudah terlihat dari data Gapki. Produksi minyak sawit hanya mencapai 36,3 juta ton per Agustus 2023. Dari jumlah tersebut, ekspor produksi sawit, biodiesel, dan oleochemical mencapai 23,4 juta ton.

Selain itu, Eddy mengatakan bahwa dampak El Nino bisa terasa hingga dua tahun ke depan dan hal ini akan menyebabkan kenaikan harga CPO, asalkan pasokan minyak nabati seperti minyak bunga matahari, kedelai, dan zaitun menurun.

Eddy menjelaskan bahwa harga CPO yang turun pada tahun ini disebabkan oleh kelebihan pasokan minyak nabati di pasar global (oversupply). Dia juga mengungkapkan bahwa pasokan minyak nabati dari bunga matahari melimpah. Bahkan negara seperti Rusia yang sebelumnya mengimpor CPO, sekarang justru menawarkan ekspor.

Selain itu, Eddy menambahkan bahwa progres penanaman ulang kelapa sawit mengalami perlambatan, terutama di lahan petani kecil. Menurutnya, petani kecil enggan melakukan replanting karena mereka tidak ingin kehilangan penghasilan saat harus menebang pohon mereka.

Pengusaha sawit optimis dengan kenaikan harga CPO tahun depan, namun perlu diingat bahwa hal ini bergantung pada penurunan pasokan minyak nabati lainnya.