Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku bangga pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga di kisaran 5% secara beruntun sejak kuartal IV-2021 sebesar 5,02% hingga kuartal II-2023 sebesar 5,17%.
Meski sempat turun ke level 4,94% pada kuartal III-2023, Jokowi mengaku tak segan memamerkan kinerja pertumbuhan ekonomi itu saat bertemu dengan kepala negara lain. Sebab, dunia tengah menghadapi tekanan ekonomi akibat konflik geopolitik hingga efek el-nino.
“Dia pun menilai, kinerja ekonomi itu harus disyukuri pada saat konflik berkecamuk di berbagai belahan dunia, seperti konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel, yang membuat harga-harga komoditas bergejolak, khususnya pangan dan energi.
Panasnya tensi geopolitik itu juga menyebabkan terganggunya rantai pasokan global akibat semakin terfragmentasinya hubungan perdagangan antar negara.
Ditambah dengan efek perubahan iklim yang menyebabkan berkepanjangannya fenomena pemanasan global atau El-Nino sehingga adanya pembatasan ekspor komoditas dari berbagai negara.
“Di dalam negeri, dia mengatakan sebetulnya juga kini tengah bermasalah karena likuditas perekonomian tengah mengering. Dia pun menduga, kondisi itu disebabkan perbankan malah banyak membeli surat berharga ketimbang menyalurkan kredit ke sektor riil, seperti ke SBN, SVBI, ataupun SRBI.
“Kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak Gub, ‘Pak Gub saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku’,” ucap Perry.